Jangan Biarkan Sahur Berlalu

Toto Tasmara, FB Status 10 Juli 2013

Ketika mendengar kata “sahur”, seringkali terbayang sebuah aktifitas makan minum sebelum subuh karena esok harinya akan menjalani ibadah puasa. Tetapi, alangkah indahnya bila kita pun merenungkan waktu sahur dari sisi yang lain.

Jangan Biarkan Sahur Berlalu

Sahur adalah penggalan waktu sepertiga malam yang terakhir, dimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menghiasi waktu sahur itu dengan memperbanyak sujud, menyempurnakan tahajudnya (qiyamul lail), dan memperbanyak istighfar. Begitu indahnya waktu sahur, sehingga Al Qur’an menyebut diantara tanda-tanda orang bertakwa adalah mereka yang di waktu sahur memohonkan ampunan Allah [QS. 3: 17, QS. 51:15-18].
jangan-biarkan-sahur-berlalu
Jangan Biarkan Sahur Berlalu
Pada waktu sahur, ketika banyak kegiatan manusia masih mendunia, para pencari cinta justru menghiasi waktu sahurnya dengan merintihkan do’a dan istighfar, karena mereka meyakini apa yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bahwa Allah -Tabaraka wa Ta'ala- akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Allah berfirman, “Siapa yang memanjatkan do'a pada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan untuknya”. [HR. Bukhari 1145, Muslim 758]

Hadits ini memberikan perumpamaan, betapa Allah menyingkap hijab kelambu malam di waktu sahur untuk mendengarkan doa dan mengampuni dosa-dosa hamba yang merintih memohon pengampunan dan mengharapkan kasih sayang-Nya. Maka tenggelamkanlah dirimu dalam keasyikan berjumpa wajah dengan Ilahi, seraya merasa takut kepada hari hisab dan pada saat yang sama merindukan pertemuan dengan Sang Pengasih. [QS. 13:21].

Suatu saat Siti Aisah Rhadiyallahu Anhu bertutur, bahwasanya Rasulullah bersabda, ”Aisyah, izinkan aku tahajud“. Aisah menjawab, “Ya Rasulullah, aku senang engkau bersamaku, tetapi aku lebih senang bila engkau beribadah".

Lalu Rasulullah mengambil gharibah (tempat air terbuat dari kulit), beliau berwudhu dan shalat tahajud. Pada saat Beliau tahajud, Siti Aisah mendengarkan isak tangis yang menyesak dada bagaikan suara air yang menggelegak, tanah tempat beliau sujud basah karena tetesan air mata..

Pada saat menjelang subuh, Bilal menemui Rasulullah yang tampak wajahnya masih basah karena air mata, kemudian Bilal berkata, “Ya Rasulullah, kenapa engkau menangis? bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengampuni dosa-dosamu?“

Rasulullah menjawab, “Apakah engkau tidak suka, jika aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Subhanallah, betapa Rasulullah manusia pilihan dan penghulu para Rasul (al Musthafa, Sayyidul Mursalin), menghiasi waktu sahur dengan memperbanyak sujud, membasahi kebeningan malam dengan isak tangis sebagai tanda bersyukurnya kepada Allah.

Lantas, bagaimana dengan kita?
Mahluk yang bergelimang dosa. Sosok manusia yang masih memiliki hati yang hitam pekat karena munkarat. Adakah kita membiarkan kesempatan emas pengampunan Ilahi di waktu sahur?

Maka masukilah rombongan pencari cinta yang akan berkumpul di stasiun takwa untuk menggapai Ridha Ilahi, sebagaimana firman-Nya, “dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya“. [QS.2:207].

Lihatlah betapa langit membukakan pintu-pintu maghfirah, menyambut hamba-hamba yang lelah gelisah, dipeluk sejuta dosa yang terpenjara dalam belenggu hawa nafsu.

Maka jangan biarkan sahur berlalu tanpa makna, karena belum tentu kita akan jumpa dengan suasana sahur seperti malam ini.

Selamat Ramadhan dan mohon maaf lahir batin.

Jangan Biarkan Sahur Berlalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel