Riya

Toto Tasmara, FB Status 26 September 2013

Yang kita maksudkan dengan riya adalah segala sesuatu amal kebaikan yang diniatkan untuk dilihat (ru’yah), pamer atau dipertontonkan (expressly to show off) dalam rangka memperoleh pujian dari orang lain.

Riya

Sifat riya adalah hiasan hati orang yang munafik, sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “. [QS. 4:142].

Sedangkan dalam ayat yang lain, setiap amal yang mereka lakukan karena riya akan sia-sia, ”Lalu Kami hadapkan amal yang mereka kerjakan, kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. [QS. Al-Furqan:23]
riya
Riya
Sementara itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau, akan tetapi Allah menjadikannya debu yang beterbangan (tidak bernilai), mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian, mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerjakannya, akan tetapi mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah”. [HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Jami' as-Saghir].

Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman, “Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang beramal untuk-Ku dengan menyekutukan selain-Ku, maka Aku bebas dari dia dan dia Aku serahkan kepada sekutunya itu. [HR. Ibnu Majah dan Ahmad]

Riya akan bergandengan dengan sum’ah (berasal dari kata, سمع , sama’a yang artinya memperdengarkan). Bila riya bersifat non verbal, sum’ah adalah bersifat verbal, yaitu memamerkan perbuatanya dengan mengatakan atau memperdengarkannya kepada orang lain.

Keduanya itu termasuk dalam bentuk syirik, karena riya’ dan sum’ah telah merampas hak Allah atas ibadah manusia. Dengan riya’ dan sum’ah, manusia menyandingkan Allah dengan makhluk dalam ibadahnya. Orang tidak menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadahnya. Ia ingin dilihat manusia, takjub dengan pujian mereka, bangga dengan popularitas karena kebaikannya dan tidak mencukupkan Allah sebagai pemeriksa amal perbuatannya.

Jika pujian makhluk berbalik menjadi cercaan, dia menjadi risau dan tidak terdorong lagi melakukan kebaikan karena kebaikannya tidak dianggap oleh manusia.

Sebab itu, luruskan niat dan waspadalah dengan bisikan setan yangsangat halus. Abu Musa Al-Ash’ari berkata, ” hai manusia, takutlah dengan sirik, karena ia itu sangat tersembunyi lebih tersembunyi dari semut yang merayap“.

Riya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel