Wahai Para Suami
Toto Tasmara , FB Status 16 Juni 2013
Janganlah engkau menjadi lelaki yang berbuat zalim kepada isterinya. Karena sesungguhnya, perbuatan zalim yang engkau lakukan akan menghapuskan ibadah-ibadahmu.
Wahai Para Suami
Coba engkau renungkan sebuah peristiwa yang dialami Sa’ad, sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang rajin beribadah. Waktunya dihabiskan di masjid —dalam iktikaf, salat, dan dzikir.
Ketika ia meninggal dunia, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengantarkan jenazahnya dengan bertelanjang kaki. Para malaikat pun menyertai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam mengiringi jenazahnya.
Usai menguburkannya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “kasihan Sa’ad, Tuhan menyempitkan kuburnya karena selama hidupnya ia menyempitkan kehidupan keluarganya”.
Karena itu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melihat seorang yang menelantarkan isterinya karena banyak beriktikaf di masjid, beliau bersabda, “duduknya seorang lelaki dengan keluarganya lebih dicintai Allah daripada iktikaf di masjidku ini”. [Mizan Al-Hikmah, 4;287].
Orang yang paling baik dalam pandangan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bukanlah orang yang paling banyak berada di masjid, bukan yang paling lama bersujud, bukan yang sering melakukan shalat malam.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “khairukum, khairukum li ahlihi – Orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik dan yang paling lembut memperlakukan isterinya, dan Aku adalah yang paling lemah lembut memperlakukan IsteriKu”.
Beliau juga bersabda, “ketahuilah, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan menjauh (berlepas diri) dari seorang lelaki yang menyakiti isterinya sampai ia meninggalkan perbuatannya itu”.
Dalam kesempatan lain Beliau bersabda, “Lelaki yang menghormati dan memuliakan wanita, niscaya ia mulia pula di hadapan Allah, dan yang menghinakan wanita, maka ia pun hina di hadapan Allah “.
Pada saat haji wada, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menitipkan pesan amanahNya kepada kaum lelaki, “Ittaqillaha fin nisa akhadztumuhunna bi amanatillah, takutlah engkau pada wanita, karena engkau mengambilnya sebagai istri adalah amanah dari Allah!“.
Ya, amanah Allah sebuah perjanjian dengan Allah, itulah sebabnya pernikahan disebut dengan mitsaqan ghalidza – perjanjian yang dahsyat!
Bukankah kita diminta untuk memenuhi janji dan amanah itu? [baca QS. Ar Ra’du ayat 20].
Mereka yang mengkhianati janji sungguh laknatullah baginya [QS. Ar Ra'du:25].
Selama hidupnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah menyakiti dan merendahkan kaum wanita. Bahkan suatu saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pulang agak larut. Beliau menyampaikan salam tetapi tidak dijawab oleh Aisyah Rhadiyallahu Anhu, sehingga beliau pun menghamparkan surbannya dan tidur di depan pintu.
Melihat keadaan ini Aisyah menjerit dan merasa miris menyaksikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidur di luar. “Semalam aku pulang agak larut, aku menyampaikan salam tetapi tidak engkau jawab. Aku takut mengganggu tidurmu yang nyenyak, memutuskan mimpimu yang indah, maka aku putuskan untuk tidur disini!“.
Subhanallah, betapa agung akhlakmu Ya Rasulullah, rindu kami kepadamu sungguh tak terperi!
Sementara itu Sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, pernah menyampakan nasehatnya kepada kita semua, “janganlah isterimu menjadi makhluk yang paling menderita karena perbuatanmu”.
Jika suami mengucapkan kalimat yang merendahkan kehormatan isteri, jika anda mengumbar kata-kata yang melukai hatinya, jika anda mengecilkan dan menganggap tidak berarti segala pengkhidmatannya, jika anda mengacuhkannya, membiarkannya, menelantarkannya, dan menyengsarakannya, anda akan berhadapan dengan pengadilan Ilahi. Isteri anda akan mengiring dan menghempaskan anda di hadapan tuhan dengan mengadukan segala kezaliman anda.
“Bekal yang paling buruk untuk hari akhirat adalah berbuat zalim kepada hamba Allah“.
Alangkah beratnya menjadi suami yang shalih, tetapi alangkah ringannya bila selalu memelihara pelita cinta, karena semata-mata takut kepada Allah. Amin
Ketika ia meninggal dunia, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengantarkan jenazahnya dengan bertelanjang kaki. Para malaikat pun menyertai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam mengiringi jenazahnya.
Usai menguburkannya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “kasihan Sa’ad, Tuhan menyempitkan kuburnya karena selama hidupnya ia menyempitkan kehidupan keluarganya”.
Karena itu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melihat seorang yang menelantarkan isterinya karena banyak beriktikaf di masjid, beliau bersabda, “duduknya seorang lelaki dengan keluarganya lebih dicintai Allah daripada iktikaf di masjidku ini”. [Mizan Al-Hikmah, 4;287].
Wahai Para Suami |
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “khairukum, khairukum li ahlihi – Orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik dan yang paling lembut memperlakukan isterinya, dan Aku adalah yang paling lemah lembut memperlakukan IsteriKu”.
Beliau juga bersabda, “ketahuilah, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan menjauh (berlepas diri) dari seorang lelaki yang menyakiti isterinya sampai ia meninggalkan perbuatannya itu”.
Dalam kesempatan lain Beliau bersabda, “Lelaki yang menghormati dan memuliakan wanita, niscaya ia mulia pula di hadapan Allah, dan yang menghinakan wanita, maka ia pun hina di hadapan Allah “.
Pada saat haji wada, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menitipkan pesan amanahNya kepada kaum lelaki, “Ittaqillaha fin nisa akhadztumuhunna bi amanatillah, takutlah engkau pada wanita, karena engkau mengambilnya sebagai istri adalah amanah dari Allah!“.
Ya, amanah Allah sebuah perjanjian dengan Allah, itulah sebabnya pernikahan disebut dengan mitsaqan ghalidza – perjanjian yang dahsyat!
Bukankah kita diminta untuk memenuhi janji dan amanah itu? [baca QS. Ar Ra’du ayat 20].
Mereka yang mengkhianati janji sungguh laknatullah baginya [QS. Ar Ra'du:25].
Selama hidupnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah menyakiti dan merendahkan kaum wanita. Bahkan suatu saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pulang agak larut. Beliau menyampaikan salam tetapi tidak dijawab oleh Aisyah Rhadiyallahu Anhu, sehingga beliau pun menghamparkan surbannya dan tidur di depan pintu.
Melihat keadaan ini Aisyah menjerit dan merasa miris menyaksikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidur di luar. “Semalam aku pulang agak larut, aku menyampaikan salam tetapi tidak engkau jawab. Aku takut mengganggu tidurmu yang nyenyak, memutuskan mimpimu yang indah, maka aku putuskan untuk tidur disini!“.
Subhanallah, betapa agung akhlakmu Ya Rasulullah, rindu kami kepadamu sungguh tak terperi!
Sementara itu Sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, pernah menyampakan nasehatnya kepada kita semua, “janganlah isterimu menjadi makhluk yang paling menderita karena perbuatanmu”.
Jika suami mengucapkan kalimat yang merendahkan kehormatan isteri, jika anda mengumbar kata-kata yang melukai hatinya, jika anda mengecilkan dan menganggap tidak berarti segala pengkhidmatannya, jika anda mengacuhkannya, membiarkannya, menelantarkannya, dan menyengsarakannya, anda akan berhadapan dengan pengadilan Ilahi. Isteri anda akan mengiring dan menghempaskan anda di hadapan tuhan dengan mengadukan segala kezaliman anda.
“Bekal yang paling buruk untuk hari akhirat adalah berbuat zalim kepada hamba Allah“.
Alangkah beratnya menjadi suami yang shalih, tetapi alangkah ringannya bila selalu memelihara pelita cinta, karena semata-mata takut kepada Allah. Amin
Wahai Para Suami