Ibumu, Ibumu, Ibumu... !

Toto Tasmara, FB Status 16 Maret 2012

Ibumu, Ibumu, Ibumu... !

Betapa indahnya kata "ibu" bagi para perindu Ilahi. Kata paling bertuah bagi mereka yang memiliki hati. Bagaikan matahari yang dirindukan bumi. Matahari rela terbakar untuk dapat menyusui bumi dengan cahayanya.
ibumu-ibumu-ibumu
Ibumu, Ibumu, Ibumu... !
Ibu adalah selimut yang memberi kehangatan dan kesejukan dengan seluruh dedaunan rimbun pohon kalbunya. Ibu adalah harta benda langit dan bumi. Mercu suar penyejuk jiwa di kala hati panas tersayat. Pelita yang tersenyum menabur cahaya melambai ketika nakhoda kapal dipeluk badai, didekap malam gelap hampir tersesat. Betapa cerdasnya hati ibu yang mampu memahami bahasa anak-anaknya walau mereka tidak mengatakannya - a mother understands what a child does not say.

Oh, derita apakah gerangan yang paling mengkoyak dada, kecuali kehilangan ibu berhati teduh. Sosok manusia mulia yang kuat dan tangguh. Walau derita dan maut datang merapat, ibu tak pernah menggugat. Selama sembilan bulan, ibu tampil sebagai the guardian, penjaga paling perkasa. Dan saat tiba kelahiran, betapapun meregang nyawa dihimpit sakit menyayat ibu ikhlas pasrah mendamba anak lahir selamat . Hatinya gerimis dipeluk cemas, ketika anak mungil dambaan hati, digenggam demam dirajam panas, sang ibu mengusapnya dengan doa dan kata penghiburan seraya mendekap dan menaruhnya di dada kirinya. Ajaib! sang bayi terdiam damai. Apakah bayi tadi mengalami dejavu, mendengar detak jantung, semburat alam rahim terulang kembali.

Oh ibu, sungguh di kakimu ada surga, di hatimu ada cahaya dan dalam setiap desah nafasmu yang kudengar hanyalah doa berlimpah cinta. Ketika Allah menyebut dirinya Ar Rahim, maka hanya ibu yang memperoleh nama itu. Seakan-akan, siapa saja manusia yang menghinakan ibu, sesungguhnya ia telah melukai Allah Ar Rahim. Siapa saja anak yang menggoreskan luka di hati ibunya, walau hanya berkata "ah", niscaya pintu-pintu neraka bergetar haus rindu melahapnya. Ibu disebut pula dengan Umi. Dan dari akar kata yang sama dikenal kata imam yaitu "pemimpin atau orang yang memberi keteladanan", sedang ummat adalah yang merindukan dan mengikuti keteladanan. Ibu adalah imam, dan anak-anaknya adalah umat yang setia merindu mengikuti imamnya.

Ibu adalah lambang kelembutan dan sumber kerinduan. Bagaikan planet yang berputar merindukan matahari. Bagaikan orang thawaf yang berputar merindukan Ilahi. Ibu adalah samudera yang tak kenal lelah mengusap pantai. Ia adalah bunga mawar merekah yang digandrungi lebah. Air hujan yang selalu dirindukan para petani. Begitulah desah kerinduan anak kepada sang ibu.

Simaklah sebuah kisah, betapa suatu saat, seorang pemuda bernama Thalhah As Sulami datang menghadap Rasulullah salallahu alaihi wassalam, dia berkata: "Ya Rasulullah seungguhnya aku ingin sekali ikut berjihad di jalan Allah". Rasul bertanya: " Apakah ibumu masih hidup? " Jawabnya: "Ya, beliau masih hidup". Kemudian Rasulullah bersabda: "Bersimpuhlah kamu di kakinya. Di sana tempat surga berada – cling to her feet, because paradise is there".

Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang siapakah orang yang paling berhak dimuliakan dan dilayani, maka Rasulullah menjawab berturut-turut, ibumu.. ibumu… ibumu!

Reguklah dengan hati paling haru untaian firman Ilahi ",.... laa tudhaarra waalidatum bi waladihaa – janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan , hatinya tercabik karena ulah anak-anaknya …. ". [QS. Al Baqarah(2) : 233]

Karenanya berkhidmatlah pada ibu. Susunlah kata ibu dengan benar. Sebab bila engkau salah menyusunnya berarti engkau melecehkannya. Bila salah menyusunnya, maka kata itu akan menjadi "bui" sebuah tempat yang nista, atau hidup hina bagaikan bagai pohon menjalar "ubi".

Wahai hamba Allah, bila dirimu didera derita, diresah gelisah, reguklah doa dengan tekun, hormat adab perilaku santun. Bersimpuhlah di kaki kedua orang tuamu. Tatap mata hatinya dan bisikan dendang harapan merajut restu.

Bukankah ridha Allah ada di hati kedua orang tua?. Sungguh terlalu banyak kisah dan hikmah, betapa kunci kebahagiaan ada dalam hati mereka yang tersembunyi. Jangankan ucapannya, getaran hatinya saja adalah doa. Maka ketika engkau berada di hadapan orang tuamu jadilah "penghibur sejati", karena kalbu keduanya bisa menjadikan anak-anaknya ahli surga atau neraka. Hidup menjulang atau menjadi pecundang.

Teringatlah kita akan Al Qamah, sahabat sejati kekasih Allah tersedak jiwanya di kerongkongan karena tiada restu ibu. Dan hanya karena selimut hati sang ibu yang tersingkap restunya, Al Qamah tentram dan ruhnya melesat memburu ridha Ilahi. Karenanya jangan biarkan dawai hati orang tuamu terluka karena ucapan dan perilakumu. Bukankah Allah telah berfirman: "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang." [QS. Al Isra (17) : 23-24]

Suatu saat Rasulullah menyampaikan wasiat kepada para sahabat bahwa nanti kamu akan berjumpa dengan seorang pemuda dari Yaman yang bernama Uways Ibnu Amir dari suku Qaran. Ia sosok pemuda yang sangat hormat dan di tubuhnya mengalir darah yang penuh kasih sayang terhadap ibunya. Sehingga setiap kali berdoa, langit bergetar mengabulkan doa-doanya. Rasulullah berwasiat kepada para sahabat, "bila nanti kamu jumpa dengannya mintalah doanya untukmu" (HR.Muslim).

Beberapa saat kemudian Umar bin Khattab berjumpa dengan Uways. Pemuda itu tidak tampak lelah, wajahnya jernih memantulkan keihlasan dan kedamaian jiwa, persis seperti yang telah dinubuwatkan Rasulullah.

Inilah sebuah hikmah tauladan, betapa seorang yang memuliakan ibu akan menjadi kekasih langit dan bumi. Bahkan doa-doanya akan diijabah seakan robek langit menyibak diri untuk memberi jalan untaian doanya ke hadirat Ilahi Rabbi.

Karenanya, berbahagialah bila orang tua memanggil atau menyuruhmu. Karena sesungguhnya, mereka sedang membuka pintu-pintu cahaya keberkahan dari Dia yang di Arasy.

Dan ketahuilah, seandainya engkau gendong ibumu kemudian dengan berjalan kaki bolak balik menapaki lembah paling dalam menuju puncak gunung menjulang, atau mungkin engkau menggendong ibumu melakukan thawaf berputar mengelilingi ka'bah ratusan kali, sungguh dirimu takan pernah mampu mengembalikan darah dan air susu ibu yang telah tumpah.

Betapapun pendidikan dan keadaanmu saat ini. Ingatlah selalu, bahwa hal itu terjadi, karena ijabah Ilahi yang mengabulkan rintihan doa orang tuamu di masa lalu. Wahai hamba Allah petiklah hikmah hiasi diri dengan kisah nubuwwah, jadilah Uways al Qarni, ia menjadi kekasih langit karena rasa hormat dan cintanya kepada seorang wanita yang melahirkannya.

Maka dengan rasa haru ukirlah di jantungmu sebuah kata paling indah, Ibu!

Ibumu, Ibumu, Ibumu... !

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel