Nasehat Bisu

Toto Tasmara, FB Status 20 Oktober 2011

Nasehat Bisu

Bahasa apa yang paling indah untuk mengingatkan ujung perjalanan. Bisikan seperti apa yang paling menggugah untuk menyadarkan betapa hidup hanyalah sebuah penantian. Sambil menanti jemputan, kita pun merenda waktu asik bercanda. Padahal tanpa mengetuk pintu utusan langit datang menjemput tanpa menyapa. Malaikat maut pemutus kelezatan siap merenggut.
nasehat-bisu
Nasehat Bisu
Wahai para penempuh jalan, kitab seperti apa yang akan kau jadikan petunjuk, sedangkan setiap ayat Al Quran adalah cahaya penerang kebahagiaan. Nasehat seperti apa lagi yang engkau butuhkan, sedang Al Musthapa bersabda, “Nasehati dirimu dengan dua hal, nasehat yang berbicara yaitu Al Qur'an dan nasehat yang bisu yaitu kematian”.

Ketika Umar bin Abdul Azis dibaiat menjadi khalifah, jiwanya bergetar, air matanya menetes-netes. Tubuhnya yang gagah tegap sebelum menjadi khalifah, kini wajahnya pucat kemisut dan tubuhnya menyusut. Pernah para penduduk bertanya kepada istri beliau, dan dikatakan bahwa sejak diangkat menjadi khalifah, beliau sangat sedikit tidurnya dan hari-hari tenggelam melayani rakyatnya.

Pernah ia berkata, "O, alangkah beratnya amanah. Padahal pada hari kepastian, aku akan diminta pertanggungjawaban oleh fakir miskin, anak-anak yatim dan para janda syuhada”.

Dengarkan dan simaklah dengan rasa haru, betapa Sayyidina Ali memberikan fatwanya yang sangat indah. Ia berkata:

"Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, bahwa kamu sekalian serta segala yang kamu miliki dari dunia ini berada di jalan orang-orang sebelum kamu yang telah pergi meninggalkannya. Mereka lebih panjang usianya daripada kamu, lebih makmur kediamannya dan lebih membekas peninggalannya. Suara - suara mereka kini redup membisu, kegiatan mereka tak berbekas, tubuh-tubuh mereka hancur, rumah - rumah mereka sunyi senyap dan peninggalan mereka kini hanya reruntuhan.

Nama dan panggilan mereka sirna diterkam warna zaman. Istana yang dilulur manik manikam dan permadani, kini hanya fosil bebatuan. Tempat-tempatnya berhimpitan, namun penghuninya berjauhan. Betapa mungkin mereka saling berkunjung, sedangkan jasad-jasad mereka telah hancur luluh oleh kerapuhan.

Kini bayangkanlah seolah-olah kalian sendirian telah menjadi mereka. Tertahan di atas tempat pembaringan seperti itu, terkungkung dalam ruangan gelap pengap. Tubuhmu yang gagah, kini ajang pesta rayap-rayap kecil. Apa kiranya yang akan kalian lakukan apabila telah sampai akhir perjalanan. Saat gundukan tanah terakhir menutup lobang kuburan, jawaban apa yang akan engkau berikan pada saat sidang peradilan?".

Sedangkan junjungan tercinta Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, bersabda,
"Ketahuilah bahwa kubur itu taman-taman yang ada di surga. Atau lubang dari segala lubang di neraka". (HR.Tirmidzi )

Maka datangilah kuburan. Biarkan setiap nisan bisu itu menjadi nasehat untuk dirimu. Tataplah dengan penuh rasa haru. Dihadapanmu ada gundukan tanah yang memeluk tulang belulang. Diantara mereka ada yang namanya disanjung atau dipasung. Diantara mereka ada yang hidupnya mewah penuh suka cita gelak tawa, tetapi ada pula mereka yang selama hidupnya didera deru derita penuh duka. Kini tubuh mereka bernasib sama, bisu beku, mendebu. Tetapi ruhnya berbeda-beda. Ada yang memasuki taman surga ada yang menjerit memasuki lubang-lubang gelap yang lebih gelap lagi.

Faridudin Attar berkata, "Aku tahu ada yang terus mengejarku dan aku tidak akan mampu menghindar dari kejarannya, yaitu kematian! Karenanya aku selalu mempersiapkan diri untuk menghadapinya - I know that there is someone pursuing me ---Death --- whom I cannot escape from, so I have prepared myself to meet him".

Orang bijak berkata, "Ketika terlahir engkau menangis, dan semua yang menyambut tertawa. Maka ketika datang hari perjumpaan, jadikanlah dirimu tertawa menatap taman surga, dan orang-orang menangis duka kehilangan dirimu".

Maka jadilah anggota rombongan yang tahu arah kemana akhir perjalanan mengarah.

Sebelum datang saat yang pasti.
Berziarahlah kekuburanmu sendiri.
Bayangkan kini engkau berdiri tepat di atas kuburanmu sendiri.

Setiap pusara adalah cerita.
Ada cinta, suka cita, derita dan nestapa.

Kumpulan pusara adalah kisah.
Anak manusia melepas lelah.
Keluh kesah gelisah.
Kemudian pasrah kalah!

Hidup hanyalah menunda kematian.
Waktu mengalir, jarum-jarum berputar.
Mentari timbul tenggelam.
Selalu setia penyaksi awal dan akhir.
Hadirkan ujung perjalananmu.
Berziarahlah ke kuburanmu sendiri.

Hidup hanya kedipan mata, di pelupuk maut bergayut.
Tengoklah pusaramu.
Akhir sebuah kisah, tentang kisah kasih keluh dan kesah.

Ah…
Alangkah singkatnya waktu.
Segala nikmat mudah berlalu.
Alangkah sedikitnya bekal.
Menempuh hidup yang kekal.
Mereguk hidup kemudian mati.
Merenda harap kemudian senyap.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…

Nasehat bisu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel