Mewaspadai Pembredelan Situs Islam

Toto Tasmara, FB Status 1 April 2015

Mewaspadai Pembredelan Situs Islam

Kita dikejutkan oleh sikap Pemerintah (Kemenkominfo) yang menutup membredel situs-situs Islam di internet atas usulan dari BNPT. Hal ini menambah daftar hitam kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Membunuh rasa keadilan dan membungkam hak azasi, hak untuk berbicara dan berekspresi (freedom of speech and expression).
mewaspadai-pembredelan-situs-islam
Mewaspadai Pembredelan Situs Islam
Umat Islam yang rasa keadilan dan harga dirinya terusik akan bereaksi dan mewaspadai kebijakan pemerintah ini, yaitu antara lain:
  1. Apa kriteria “radikal“ yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Bagaimana parameter bahwa sebuah tindakan itu disebut sebagai radikal? Bila situs membahas atau menyitir kata “jihad“, khilafah, hijrah, sabilillah, baiat, dan lain lain sudah dikatagorikan sebagai radikal? Lantas masih adakah hak seorang muslim membaca Al Qur’an yang memuat kata-kata tersebut, misal Aladzina amanu wa hajaru wa JAHADUU FIS SABILILLAH.. dan seterusnya.
  2. Kenapa Kemenkominfo langsung bereaksi hanya karena usulan BNPT. Kenapa prosedur hukum tidak ditempuh. Misalnya menerima laporan dari masyarakat yang merasa resah, kemudian disidang melalui peradilan? Lantas apa bedanya dengan Laksusda atau Pangkopkamtib di masa lalu yang punya kewenangan untuk membredel bahkan menangkap orang tanpa prosedur hukum?
  3. Pihak Pemerintah seharusnya memahami pula sosio kultural umat Islam Indonesia yang insya Allah sampai saat ini masih steril dari pengaruh ajaran budaya kekerasan yang diusung oleh kepentingan politik global. Umat Islam Indonesia yang menghayati agamanya dengan akhlak dan rasa perdamaian itulah justru yang menjadi benteng “kekerasan dan radikalisme“. Sebagai contoh, gerakan DI TII dan gerakan terorisme lainnya tidak memberi banyak pengaruh karena para ulamanya masih banyak yang konsisten dengan ajaran Islam yang menekankan pada akhlak, toleransi dan kedamaian.
  4. Kita khawatir bahwa pembredelan situs islam ini merupakan bagian agenda setting yang memanfaatkan intelligent mapping untuk kepentingan yang lebih besar yaitu demonisasi Islam (membuat citra Islam buruk). Atau sebagai test the water sejauh mana reaksi umat Islam. Bila reaksi umat Islam so so saja, maka ia akan melangkah pada agenda yang lebih besar lagi yaitu menyingkirkan sama sekali pengaruh agama terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara (sekuler). Disamping itu agenda setting ini memiliki sasaran ganda, antara lain:
    1. Mengalihkan isu panas yang dihadapi rakyat saat ini seperti inflasi, perekonomian yang buruk, pengangguran meningkat, harga yang melangit dan kriminalitas yang semakin tidak membuat tentram rakyat.
    2. Pembredelan ini bagian dari cara untuk membangun logika politik, “radikalisme adalah musuh negara, Islam itu radikal, maka……. ?”
    3. Bila agenda setting ini berhasil, masuklah pada tahap berikutnya yaitu membuka lebar kehadiran ideologi atau faham yang secara telak bertentangan dengan ideologi negara, atheis komunisme, liberalism, kapitalisme dan lain lain. Maka jangan heran bila simbol atau kaos palu arit PKI dianggap tidak berbahaya dibandingkan dengan kaos oblong yang ada tulisan Laa Ilaha Illallah.
    4. Dalam jangka panjang, atribut, nama, symbol yang berbau Islam akan disingkirkan karena dianggap membawa benih radikalisme. Sasarannya jelas adalah para kawula muda agar sedikit demi sedikit kehilangan rasa simpatiknya pada Islam.
Kita memahami bahwa pembredelan itu sebagai usaha preventif membendung radikalisme utamanya dari gerakan rekrutmen ISIS. Tetapi pemerintah harus bijak dan memiliki wawasan yang jauh ke depan dan bukannya bersifat reaktif. Alangkah bijaknya bila sebelum mengambil keputusan ini dikonsultasikan terlebih dahulu dengan para ulama dan cendikiawan muslim (ataukah mereka memang sudah tidak dianggap lagi?!).

Kita menyambut baik seandainya Menteri Agama dan Mendikbud menerbitkan buku-buku pelajaran yang dibaca sejak dini oleh generasi muda tentang keluhuran akhlak, tentang pentingnya menjaga tanah air sebagai amanah Ilahi (hisbul wathon minal iman) dan menekankan misi anak bangsa yang toleran, cinta damai membawa rahmatan lil alamin. Dana pendidikan dianggap mahal? Lha mahal mana dengan biaya operasi Densus 88?

Menghadapi ini semua, kita berdoa dan sekaligus mengetuk hati para cendikiawan muslim untuk menghidupkan semangat jihad fis sabilillahnya membela muru’ah, harga diri agamanya. Kepada para kreatif manajer muslim, pengasuh dakwah Islam di televisi, kiranya sudah berpikir untuk mencerdaskan umat bukan melulu hanya menjadikan ustadz-ustadz-nya sebagai penghibur untuk meningkatkan rating. Materi siarannya lebih menekankan pada ahlak, toleransi, cinta negara sebagai amanah Ilahi ketimbang hanya menghibur dengan halal haram yang bersifat formalistik (atau memang televisi sudah dirancang bagian dari agenda setting?).

Atau apakah tulisan ini akan dibredel karena saya dianggap sudah masuk dalam katagori radikal?
innalillahi wa inna ilaihi rojiuuun.

TOTO TASMARA

Mewaspadai Pembredelan Situs Islam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel