Rindu Pulang

Toto Tasmara, FB Status 7 April 2012

Rindu Pulang

Dalam bahasa Inggris, bila seseorang mau pulang ia berkata "Go Home" bukan "Go House". Karena "home" ada kandungan "psikologis", sedangkan "house" lebih merujuk pada bangunan fisik, exterior, seperti "White House", sebuah bangunan yang sebagai monumen atau yang secara fisik hanya sekedar untuk tinggal sementara. Sedangkan home adalah tempat dimana hati kita berada - a house is just a place where people live, home is truly where the heart is.
rindu-pulang
Rindu Pulang
Betapapun kita menginap di sebuah istana atau hotel berbintang tujuh, mewah dan prestisius, dengan pelayanan prima yang khusus, ya tetap saja kita mengalami home sick, rindu pulang! Kita merindukan pelukan "cinta" yang hanya diperoleh di rumah kita sendiri. Kita tidak pernah mengenal kata house sick!

Hakekatnya jiwa merindukan tempat asal. Betapapun rombongan burung-burung mampu terbang jauh menari dan berkicau ceria mereguk keindahan dunia, mereka tetap merindukan dahan-dahan pohon tempat mereka beristirahat. Tubuh yang jasadi yang tampak secara fisik (house, fana, sementara) akan hancur dimakan usia, kemudian mendebu menyatu dengan tanah, sedangkan jiwa yang bersifat ruhani (home, baqa, abadi) merindukan kembali ke rumahnya yang asli.

Itulah sebabnya makna innalillahi wa inna ilahi rajiun, adalah bentuk lain dari sebuah pernyataan kerinduan untuk menapaki jalan kembali ke tempat asal. Akhirnya setiap mahluk yang bernafas menjumpai pintu-pintu maut untuk memulai perjalanan ruhaniyahnya, memasuki rumah keabadian.

Berbahagialah mereka yang mampu meraih taman-taman surga, seluruh keluarga mereka akan berkumpul dalam kebahagiaan yang tak terlukiskan, sebagaimana firman-Nya: ”… surga Adnin yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ketempat mereka dari berbagai pintu.” [QS. Ar Rad (13) : 23].

Ketahuilah, seluruh yang tampak dalam denyut kehidupan dunia, hakekatnya hanyalah tanah-tanah yang diolah. Betapapun indah, mewah dan memikat, akhirnya akan berkarat dimakan usia dan pasti memeluk hancur.

Telah berlalu orang sebelum kita.
Mereka lebih menjulang namanya.
Rumahnya mewah.
Wajahnya memikat.
Harta kekayaannya bertumpuk.
Tetapi, kini semuanya tersimpan sunyi dalam kenangan.

Masa lalu hanyalah impian, hari esok adalah keabadian, dan hari ini adalah kesadaran.

Begitu pula dengan tubuh ini, ia mengembara di dunia meniti liku-liku waktu menuju ujung perjalanan dan satu saat tertentu berjumpa sekarat kembali ke asalnya, tanah mendebu, muspra, lenyap! Sedangkan ruh akan mencari jalannya sendiri mencari tempat asalnya di alam.

Ruh pula yang sering secara metaforis digambarkan sebagai langit. Tubuh adalah bumi, ruh adalah langit. Sejenak bebenah di dalam rahim, berasal dari misteri dan akan berakhir menuju misteri. Jasad kembali ke rahim bumi pertiwi, sedangkan ruh akan menyibak jalan yang selama ini menjadi misteri kehidupan yaitu jalan pulang menuju tempat asal menggapai perkampungan yang berlimpah kerahiman Ilahi. Ruh merindukan alam alastu, saat pertama ruh menyaksikan Ilahi di alam misteri.

Allah berfirman: "Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". [QS. Al A'raf (7) : 172].

Rasulullah bersabda: "Hidup ini bagaikan seorang musafir yang sejenak beristirahat di bawah pohon yang rindang , kemudian ia harus berangkat lagi meneruskan perjalanan".

Wahai, para perantau fana, tidakah engkau merindukan rumah keabadian. Tempat yang tidak mengenal binasa, melainkan sebuah tempat keabadian dimana para perindu akan memandang kekasihnya, disambut oleh al Hur penduduk surga yang suci, dimuliakan oleh para malaikat dan ditempatkan di taman-taman yang keindahannya tidak pernah terbersit oleh hati, terlintas dalam pikiran atau terasakan oleh pengalaman. Itulah jannatun na’im - taman yang berlimpah kelezatan. Tidakkah engkau merasa takut memandang tempat keabadian yang paling buruk. Namanya membuat gemetar seluruh jantung manusia. Ancamannya mengguncangkan para penghuni langit dan bumi, dan siksaannya membungkam segala penyesalan yang terlambat. Itulah neraka jahannam, seburuk-buruk tempat kembali bagi mereka yang tersesat jalan.

Sesekali tengoklah rumah keabadian. Berziarahlah ke kuburanmu sendiri. Dan tengoklah dengan hati cemas, adakah rumah itu seharum kesturi nikmat merasuk ataukah siksa laknat menyebar busuk yang menusuk. Penuhi dunia kemudian kosongkan, kecuali amal manfaat kau acungkan.

Rindu Pulang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel